DHARMASRAYA - Daya tarik Festival Pamalayu yang dihelat Pemkab dan Rakyat Dharmasraya ternyata luar biasa. Puluhan peniliti kepurbakalaan, mahasiswa, para perantau Dharmasraya hingga para wakil rakyat dan pejabat tumpah di gedung pertemuan Museum Nasional Jakarta pada Kamis (22/8/19). Mereka penasaran ingin mendengar perdebatan tentang sejarah Dharmasraya dan kaitannya dengan ekspedisi Pamalayu yang dilakujan oleh rombongan kerajaan Singhasari ke bumi Malayu di Dharmasraya.
Hari itu, Pemkab bersama rakyat Dharmasraya menghelat festival Pamalayu, sebuah festival yang akan menggali sejarah dan meluruskannya untuk kepentingan nasional dan juga untuk kepentingan internal Dharmasraya. Tak tanggung tanggung, festival dibuka secara resmi oleh Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaa Wilmar Farid
Dalam sambutannya, Dirjen Kebudayaan Wilmar Farid mengatakan, niat Pemkab Dharmasraya untuk mengoreksi sejarah adalah kegiatan yang perlu mendapat apresiasi. Apalagi, koreksi sejarah ini dimaksudkan untuk menggali nilai nilai luhur kebudayaan massa lalu untuk dikembangkan buat massa yang akan datang. "Ada perdebatan dan polemik itu biasa. Yang pasti sudah ada niat baik untuk meluruskan sejarah," kata pria tinggi besar ini.
Hadir dalam acara tersebut Bupati Sutan Riska Tuanku Kerauaan, Wakil Bupati H. Amrizal Dt Raja Medan, Ketua DPRD Defrino Anwar
Kapolres AKBP H. Imran Amir, Ketua Aswana Dharma, H. Rasul Hamidi Dt. Saridano, Ketua LKAAM H. Abdul Haris Tuanku Sati. Juga hadir para walinagari dan para kepala OPD.
Setelah acara peresmian festival, acara dilanjutian dengan acara seminar. Sebagai narasumber Wanri Wanhar dari perkumpulan Wangsamudra, Peneliti senior arkeologi Bambang Budi Utomo dan Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Merajaan. Para narasumber memaparkan beraneka temuan dan pendapat sesuai dengan nterpretasi yang sangat mendalam.